Jumat, 08 Februari 2013

Kenapa Harus Lepas Jilbab?


Tanpa bermaksud menggurui atau ngerasa sok-suci (even nama gue suci, dan lo harus terima), gue mencoba mengungkapkan opini gue soal lepas-pake-jilbab-phenomenon. Mohon maaf seeee-besar-besarnya kalau ada statement yang tampak seperti justifikasi yaa sebelumnya..

Menjelang akhir semester 7 ini, banyak mahasiswa di kampus gue yang mulai bergeliat meninggalkan kampus. Termasuk gue (insya allah). Dan salah satu tren di kalangan mahasiswa yang mau lulus adalah FOTO BUAT WISUDA.

Hari itu, gue dan girlsgeng gue datang ke salah satu studio foto bonafide di Kota Malang buat take photo. Ketemulah gue sama salah seorang temen se-angkatan yang lagi nungguin temennya didandan. Pas gue lagi heboh di lukisin mukanya (didandan), dia tanya gini:


“Kamu foto pake jilbab tah ci?”

Gue langsung jawab dengan ceriaaa, “Iyaa, kamu engga tah?”


Dan jawaban tak dinyana-nyana (?) dari temen gue itu, “Aku kemarin engga ci, soalnya kalau pake jilbab harus ngasih surat pernyataan tidak cacat.”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Roaming sesaat


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Gue masih belum ngerti koneksitas atau condition sine quanon antara photo wisuda >> jilbab >> sama surat pernyataan tidak cacat.

Oke lah, akhirnya bisa gue cerna dengan ber-positif thingking-ria-perlahan-lahan-tapi-pasti.
Mungkin surat pernyataan itu emang dibutuhkan buat make sure kalau kita sehat jasmaniah. Tapi gue jadi mikir lagi, emang kalau ngga sehat jasmaniah (baca: diffable) kenapa?

Masalah sehat jasmaniah emang penting, tapi kan yang lebih penting itu kemampuan kita mengerjakan sesuatu? Lagipula emang ada bedanya sarjana yang common sama yang diffable?


Each of us  have own perspective for it....


Yang selanjutnya membuat gue gelisah ternyata yang lepas-jilbab pasca kuliah itu jumlahnya ngga cuma 1, tapi banyak!


Alasannya macem-macem, tapi salah satu yang common adalah takut susah dapet kerjaan.
IDK (gaya kan gue bisa speak IM) is it true or wrong karena gue sendiri belum pernah ngelamar kerja. Tetapi menurut gue di era kebebasan kaya gini, freedom of choice harusnya dijunjung tinggi.


Jilbab itu menurut gue politik identitas, dengan berjilbab kamu show on pilihan kamu untuk menjadi wanita islam. Dan ketika kamu declare diri sebagai seorang wanita islam, kamu berhak atas keistimewaan-keistimewaan yang sudah dijanjikan.


Selama ini kan freedom of choice malah lebih sering digunakan sebagai alasan untuk tidak berjilbab. Padahal, dalam grundnorm (aturan dasar) umat Islam (baca: Al-Quran) jilbab itu bukan pilihan, tapi kewajiban. Ibaratnya kalau dalam hukum nih, sifatnya dwingenrecht- imperative, bukan anfullenrecht-complamenter.


Jadi, yang harus ngikutin tren itu harusnya HRD-HRD kantor yang bisa open-minded sama wanita berjilbab. Bukan kita yang ngikutin dengan lepas jilbab. Itu namanya ngga berkarakter (maaf sarkas).

Trust me, jilbab ngga akan bikin diri kita terkekang. Maaf maaf nih ya, saya pernah masuk ke ­un-expected place dengan menggunakan jilbab (bukan untuk sesuatu yang dilarang nih yaa). Tapi emang waktu itu ada gala dinner untuk event internasional yang digelar di un-expected place itu. Pede aja, orang ngga ngapa-ngapain -_____-

Apalagi sekarang mode untuk jilbab yang syar’i cantik-cantik. Makin ngga ada alasan buat ngga berjilbab (buat muslim maksudnya).


Sekedar berbagi pengalaman, beberapa kali saya ikut event-event internasional dengan jilbab (dan selalu jadi minoritas-bahkan beberapa kali jadi satu-satunya jilbaber), malah membuat orang tertarik (bukan suka-sukaan maksudnya). Pernah sampe kenalan dari Thailand yang suka pake rok mini dan cantiknya minta ampun, pinjem baju saya+jilbabnya buat take foto. Sayang fotonya ga diminta :(


Cara orang Indonesia berislam itu menurut saya punya nilai plus dibanding negara-negara lain. We have to proud!

Berjilbab bukan sekedar alasan-alasan *kecantikannya buat suami aja* -_____-,

lo pikir hidup perempuan cuma suami ajaaaa -_______-


Nilai filosofis jilbab jauuuuuh lebih besar dari itu, even gue belum tau apa. Tapi buat gue jilbab membawa aura positif yang besar dalam kehidupan gue.

Jadi untuk teman-teman cantik yang sudah berjilbab, percaya bahwa jilbab malah akan mendatangkan banyak anugrah yang kita ngga pernah sangka-sangka.



Semoga kita termasuk yang berketetapan hati. Aamiin...






#SaveJilbaber

1 komentar: