Sabtu, 24 Desember 2011

a night tale


I’m 20th.

Kurang lebih 14 hari yang lalu, 10 Desember 2011 genap dua puluh tahun sudah saya menjalani fase demi fase, hidup sebagai makhluk manusia,
Masa kecil luar biasa,
Usia tanggung penuh harapan, passion,
and of course being lovely

Menutup 19 tahun 364 hari dengan sebuah istilah, dewasa?
:’(



Saya belum siap,

It’s hard to be adult with all the consequency.

Dunia monoton,
Tapi ada sisi kontradiksi nya,
Semisal kotak pandora,
yang harus dibuka dengan pertanggungjawaban pribadi mutlak.

Setiap lipatan otak saya menginstruksikan kemandirian,
Tapi jiwa saya tidak menyediakan keberanian.
Membiarkan pertentangan antara mereka berdua juga tidak mudah,
Saya jadi lelah :’(

Tidak tahu jadi apa,
Tapi seharian ini saya sudah menghabiskan waktu saya,
Labelnya memikirkan orang lain, bangsa negara malah. Eh?

Tapi menilik kedalam kapasitas pribadi saya,
Bukan Eureka! Tapi Astaga :(

Yeah, now i’m in adults syndrome stadium 3 menuju 4.

Kamis, 01 Desember 2011

untitled


Mahasiswa, Malaikat, dan Setan

Di siang hari yang terik itu, barikade mahasiswa lengkap dengan panji-panji ‘kebesaran’nya berdiri di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat.

Tuntutannya siang itu: berantas kemiskinan!

Malaikat pun lalu lalang di sisian kanan, kiri, mereka. Awalnya hendak mencatat perbuatan baik mereka yang sedang ‘memperjuangkan rakyat’.

Namun ketika pena hampir bertemu kertas, setan pun datang dengan wajah keheranan.

“Apa yang hendak kamu lakukan hai Malaikat?”

“Tentu saja mencatat amal baik mereka, para pejuang-pejuang kemanusiaan. Ada apa setan?”

“Tidakkah kau salah wahai kawan?”

“Apanya yang salah? Tidak kah kau saksikan keringat yang mengucur di dahi mereka demi memperjuangkan rakyat? Tidak kah kau rasakan kelelahan luar biasa selama mereka beraksi? Mereka pantas untuk pahala!”

Karena setan tidak terima atas pemberian pahala itu, akhirnya mereka sama-sama membuka kembali catatan amal para demonstran. Raut wajah si Malaikat pun berubah keruh:

Hai Mahasiswa, berani-beraninya kamu berteriak berantas kemiskinan! Sedangkan hidupmu hedon! Dan catatan keuanganmu tidak kenal arti sedekah! Gila apa?

Hai Mahasiswa, berani-beraninya kamu berteriak selamatkan lingkungan! Sedangkan jutaan puntung rokok setiap harinya kamu hasilkan bersama teman-temanmu! Merenggut kebebasan rekananmu untuk hidup bernafas dari udara yang bersih. Gila apa?

Hai mahasiswa, berani-beraninya kamu pekikkan Nasionalisme, sedangkan tidak pernah kamu melaksanakan amanat bangsa dan negara untuk BerkeTuhanan? Gila apa?

Hai Mahasiswa, berani-beraninya kamu memekikan seruan ANTI KORUPSI! Padahal Bapakmu Pelahap Uang Mahasiswa Beasiswa! Dan dari makanan haram itu darahmu dialiri! Gila apa?

Hei Mahasiswa, berani-beraninya kamu mengaku idealisme, padahal otakmu tidak pernah menyentuh batasan ideal. Dengan pasrahnya kau serap mentah-mentah doktrin asing! Padahal jiwa bangsamu kering kini, ditinggal oleh pemuda-pemudanya yang tak berotak! Gila apa?

Hai Mahasiswa, berani-beraninya kamu berkata STOP DISKRIMINASI PAPUA, padahal seringkali kau rampas hak kawanmu, bukan karena berbeda warna kulit, tapi karena BERBEDA GOLONGAN! Gila apa?

Hei Mahasiswa, berani-beraninya kamu mengaku pejuang rakyat, padahal ayah ibu mu kau durhakai. Untuk setiap kebohongan dan asa palsu yang kalian berikan! Gila apa?



Malaikat pun berpaling, bersiaplah setan mempererat lingkaran demonstran itu untuk sama-sama menuju jalan neraka..