Minggu, 27 Januari 2013

sisa-sisa ingatan

Yang Ingin Saya Klarifikasi


Okay, ini cerita sudah lama dan sudah lewat dan sudah ga penting lagi, Tapi emng saya nunggu momentum sepi gini sih buat ceritain kejadian pembangkangan saya di Pemilu FH  2012. Dan, begini ceritanyaa...

jauh sebelum momen persiapan pemilwa 2012, saya sudah memutuskan tidak lagi ikut campur di kegiatan politik fakultas. cukup lah dari maba saya sudah dicoba-dikader-sana-sini, ngerasain jatuh bangunnya di dunia politik kampus (lebay, but it's true).

dan keputusan ini sebenernya sudah dari awal tahun 2012, that's why dari akhir masa jabatan 2011 saya sudah ngasih statemen keras tidak mau dicalonkan lagi di pemilwa/pemira (sempet sih ada tawaran nyalon ke DPM), tapi serius, duduk di jabatan struktural itu ngga enak. terakhir saya di kementrian KP BEM FH 2012 (periode jan-juni)

back to main story, suatu siang saya sms kakak angkatan di FH inisial M.Y.A. Saya konsul soal temen-temen timses FH yang belum panas. Niatnya mau minta tolong untuk kakak itu menyampaikan ke teman2 angkatan 2010.

Nah, disitu saya sempet bilang (via telfon) kalau saya ngga bisa bantu untuk pemilwa tahun ini. Ada beberapa alasan sebetulnya, salah satu nya saya kurang sreg dengan beberapa budaya di barisan. Kalau dulu waktu *masih muda* saya masih semangat untuk protes-tanya sana sini, di masa tua ini saya menghindari konflik. Lebih baik saya di luar barisan daripada harus berselisih paham lagi dengan sahabat-sahabat di 2009 (soalnya tahun2 sebelumnya selisih paham kita cukup parah, sampe bentak2an, diem2an, adu argumen). Saya sadar sih, pengetahuan saya terbatas.

Akhirnya, tercetuslah statemen dari M.Y.A, untuk saya buat tim tandingan (di luar tim) karena salah satu alasan saya memang tidak sreg di barisan. Rencana tim tandingan itu cukup detail, termasuk statemen dia kalau di hari H (pencoblosan), tim ini akan tetap  memecah suara. Saya cukup kaget sih, tapi jujur saat itu saya ragu. MYA bilang kalau A.I.N (kakak kelas lainnya) juga mensupport rencana ini. MYA juga meminta untuk saya mengarahkan beberapa anak 2010-2011 untuk masuk di tim ini. Karena saya menghormati kedua kakak angkatan saya itu, jalanlah saya.

Saya mulai mengumpulkan orang-orang penting di angkatan 2010/2011. Mulai menjelaskan misi lewat propaganda. Tapi jujur main belakang dalam waktu singkat itu rumit. Apalagi lawannya adalah sebuah barisan yang militan. Tapi semua hal berjalan semestinya sampai salah seorang tim saya (yang ternyata kader militan barisan X) itu, membocorkan masalah ini ke penanggung jawab barisan.

Saya mulai yakin dengan tindakan saya ini setelah mengetahui calon dari penanggung jawab barissan adalah GPA yang notabene terlibat sebagai petinggi di pemira pusat. Naluri politik saya bilang kalau he's not the right man. Bukan karena kemampuan GPA, tetapi karena GPA tidak terlalu mengikuti alur kaderisasi di fakultas (terutama di BEM) ditambah lagi posisinya sebagai petinggi kepanitiaan pemira pusat (benar saja, pemira pusat bermasalah dan mengalami sengketa sampai dengan pertengahan januari 2013, GPA harus stanby penuh untuk menyelesaikannya). Niat saya 1, FH tahun ini harus dipimpin oleh kader yang tepat (tidak harus terbaik segala-galanya, cause it will never possyble)

Suatu hari di sebuah pelatihan, teman2 2009 melakukan inspeksi dadakan. Ternyata mereka dapat bocoran kalau saya membuat tim tandingan. Saat itu, BA dan RI cukup emosional menghadapi saya. Yang membuat sedih adalah, tuduhan seolah-olah saya ini barisan sakit hati yang mau membuat tim tandingan. istighfar aja lah,, Allah Maha Tau.

Setelah itu kejadian demi kejadian tidak menyenangkan terjadi, MYA tidak mengaku kalau dia yang menggeraka saya membuat tim tandingan. AIN mengeluarkan statement tidak menyenangkan soal senior provokatif di group online.

Saya stres total, orang-orang yang saya percaya ternyata tidak seperti ekspektasi saya. Angkat tangan lah ceritanya. Di saat seperti itu, saya jadi banyak cerita dengan AL (karena satu kepanitiaan di daerah Batu dan sekitar 4 hari saya spent time bareng dia).

AL sempet bilang, "aku khawatir di akhir masa studi kamu kejadian ini malah bikin kamu dicap buruk sama anak-anak"

Tapi ngga tau kenapa yang saya bilang malah "aku malah lebih takut setelah kejadian ini, anak-anak tidak belajar sama sekali".

terus, setelah itu semuanya memburuk. akhirnya setelah melalui pemikiran dan saran-saran dari penasehat terbaik saya, saya menghilang dari kontestasi pemilwa. kaburlah saya ke jogja..

pasca pulang dari jogja, saya masih harus berhadapan dengan fakta-fakta.

Saya sempat dibilang "mengancam" mau tetap membuat tim tandingan. Betul, saya memang sms AIN "Mas, kalau tetep GPA yang dicalonkan saya akan tetap maju dengan calon sendiri"

Maaf kalau disangka mengancam, pada saat itu saya cuma berniat minta pertimbangan. Ternyata responnya negatif. It's Okay..

Akhir-akhir ini saya jadi sadar mereka kaya gitu, bagaimanapun saya bukan bagian dari barisan. Cuma segelintir orang awam yang ngga paham nilai gerakan. Dan setelah kejadian ini, saya ngga benci politik. Suatu hari saya akan menemukan gerakan yang sesuai dengan darah saya, atau mungkin membuat sendiri? Who Know?




Tapi untuk 2 aktor utama di atas, cukuplah saya tau kadar kebijaksanaan kalian, tingkat kepercayaan kalian. Ngga masalah, saya bukan barisan sakit hati. Insya Allah selama itu benar dan baik saya masih akan bantu (saya tetep jadi kuasa hukum untuk barisan kalian toh?)



at least, people who's lead by his arrogant should be fall into mistakes.

2 komentar:

  1. arogansi, I wrote the same theme also.

    bingung mbak, dengan siapa saya harus percaya. saat semua punya cerita dan pembelaan masing-masing yang saya tidak mampu melihat kadar kejujurannya.
    wallahu a'lam..

    BalasHapus
  2. hehe, i didn't wrote it for my pleading :)
    just write down what thing i feel, see and heard by my self naab :)

    BalasHapus